![]() |
Tsa'labah sang merpati Masjid |
Tsa’labah bin
Hathib Al Anshari adalah seorang ahli
ibadah. Seluruh waktunya banyak ia habiskan di masjid, dahinya sampai membekas
seperti lutut unta karena saking banyaknya sujud. Karena ia sering menetap di
Masjid Sehingga ia diberi julukan dengan “hamamatul masjid” yakni
merpatinya Masjid. Tsa’labah termasuk salah satu sahabat Nabi yang miskin.
Suatu ketika Nabi SAW
melihat perilaku yang aneh dari Tsa’labah. Setiap kali selesai shalat, ia
langsung beranjak meninggalkan masjid tanpa menunggu dzikr dan berdoa bersama
Rasulullah SAW. Kemudian Nabi SAW memanggilnya dan berkata, “ wahai tsa’labah, mengapa
engkau bertingkah sebagaimana tingkahnya orang-orang munafik, setelah shalat
langsung pergi tanpa berdzikir?”
Tsa’labah menjawab,”Wahai Rasulullah, dalam beberapa hari ini
kami tidak memiliki kain yang cukup untuk menutupi aurat. Sehingga saya langsung
pulang karena istri saya menunggu kain yang saya pakai ini, untuk melaksanakan
shalat..!!”
Rasulallah terdiam dan mengangguk penuh pengertian. kemudian
Tsa’labah berkata, “Wahai Rasulullah, mintalah kepada Allah untuk kami, agar
kami diberi rezeki yang banyak”
Beliau bersabda,
"ويحك يا ثعلبة قليل تؤدي شكره خير من
كثير لا تطيقه"
“celakalah engkau tsa’labah,harta yang sedikit tetapi kamu bisa mensyukurinya,
itu lebih baik dari pada harta banyak tetapi kamu tidak kuat dan tidak bisa
mensyukurinya!!”
kemudian Tsa’labah berpaling dan pulang. Tetapi keesokan harinya
ia menghadap Nabi SAW lagi dan berkata, “Wahai Rasulullah, berdoalah kepada
Allah untuk kami, agar Dia memberikan rezeki yang banyak kepada kami!!”
Kali ini Nabi SAW berkata agak keras, “Wahai Tsa’labah, belum
cukupkah bagimu Rasulullah ini sebagai suri teladan? Demi Allah , seandainya
aku menghendaki gunung-gunung menjadi emas dan perak, tentu hal itu menjadi
kenyataan. Tetapi aku tidak melakukannya, dan tetap bersabar dengan apa yang
ditetapkan Allah untukku."
Rasulallah berkata seperti itu Tentunya dengan pandangan kenabian, beliau mengetahui betul
bahwa orang seperti Tsa’labah itu akan terjerumus jika bergelimang dengan harta
benda. Karena itulah beliau tidak mau mendoakannya,
Keesokan harinya Tsa’labah datang lagi menghadap Nabi SAW, dengan agak memaksa ia berkata, “Wahai Rasulullah, berdoalah
kepada Allah untuk kami, agar Dia memberikan rezeki yang banyak kepada kami.
Demi Allah , jika Allah telah memberi rezeki kepadaku, pastilah saya akan berikan
hak kepada orang yang berhak atas harta tersebut, ia berjanji akan membelanjakan
hartanya di jalan Allah”
Untuk permintaan yang ketiga kalinya ini kemudian Rasulallah
mengabulkanpermintaanya dan mendoakannya, “Ya Allah, berilah Tsa’labah harta,
berilah dia reziki”
Beliau memerintahkan seorang sahabat lainnya untuk memberi
Tsa’labah seekor kambing yang sedang hamil. Tsa’labah pulang dengan penuh
kegembiraan karena doa Nabi SAW tersebut.
hari-hari pertama sebagai ‘peternak’ kambing, Tsa’labah masih
aktif hadir di masjid Nabi SAW seperti biasanya. Tetapi dalam beberapa bulan
saja kambingnya berkembang semakin banyak.
karena kambingnya semakin
banyak, ia harus menggembalakannya hingga jauh ke luar Madinah, sehingga ia
tidak hadir berjamaah bersama Nabi SAW kecuali saat shalat Jum’at saja.
Akhirnya tsa’labah disibukkan dengan mengurus kambing ternakannya.
Suatu ketika Nabi SAW bertanya kepada para sahabat, “kenapa
tsa’labah tidak lagi hadir di Masjid, Apa yang ia lakukan?”
Mereka menjawab, “Ya Rasulullah, dia sibuk mengurusi dan menggembalakan
kambing-kambingnya.
Nabi SAW bersabda, “Aduhai, celakalah Tsa’labah !”
Ketika turun wahyu yang memerintahkan untuk mengeluarkan zakat,
Nabi SAW mengutus dua orang sahabat untuk mengambil zakat dari kaum muslimin. ketika
mereka berdua mendatangi Tsa’labah dan meminta untuk mengeluarkan zakat, mereka
mendapat penolakan. Tsa’labah berkata, “tidak, Ini tidak lain adalah jizyah
penarikan upeti atau pajak!! Biarkanlah aku berfikir dan berbuat menurut
pendapatku, kembalilah lagi kalian ke sini di lain waktu”
Mereka berdua kembali ke Madinah dan melaporkan sikap Tsa’labah,
maka Nabi SAW bersabda, “Aduhai, celakalah Tsa’labah!!”
Namun Nabi SAW masih mengirimkan dua orang sahabat lainnya
menemui Tsa’labah untuk memperhitungkan dan menarik kewajiban zakatnya. Beliau
masih berharap dia akan menjadi baik dan mau mengeluarkan zakatnya, tetapi kedua
sahabat itu juga tidak berhasil dan kembali menghadap Nabi SAW dengan tangan
hampa, Nabi SAW bersabda, “Sungguh celakalah Tsa’labah, sungguh celakalah
Tsa’labah”
Tidak lama kemudian turun wahyu Allah,
وَمِنْهُمْ
مَنْ عَاهَدَ اللَّهَ لَئِنْ آتَانَا مِنْ فَضْلِهِ لَنَصَّدَّقَنَّ وَلَنَكُونَنَّ
مِنَ الصَّالِحِينَ , فَلَمَّا
آتَاهُمْ مِنْ فَضْلِهِ بَخِلُوا بِهِ وَتَوَلَّوْا وَهُمْ مُعْرِضُونَ (التوبة
75-76)
"Dan di antara mereka
ada orang yang telah berikrar kepada Allah, "Sesungguhnya jika Allah
memberikan sebagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan
pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh.” Maka setelah Allah memberikan
kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan
berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi
(kebenaran)."
Ayat ini turun menggambarkan sikap yang dilakukan oleh
Tsa’labah,
Setelah Nabi SAW mengumumkan turunnya wahyu Allah berkenaan
dengan Tsa’labah, salah seorang sahabat yang masih kerabatnya bergegas menemui tsa’labah
untuk menyampaikan wahyu tersebut. Wajah Tsa’labah langsung memucat penuh
ketakutan setelah mendengar wahyu tersebut. Ia bergegas membawa kambing
sebanyak yang ia mampu
dan menghadap Nabi SAW, ia berkata, “Wahai Rasulullah, inilah zakat
dari harta saya”
Tetapi Nabi SAW bersabda, “Allah telah melarang aku menerima
zakatmu”
Tsa’labah menangis penuh penyesalan ia meminta agar beliau mau memaafkan dan
menerima zakatnya. Tetapi dengan tegas Nabi SAW bersabda, “Pergilah sana, urusi
saja pekerjaanmu sendiri. Aku telah memerintahkan kepadamu berzakat, tetapi
engkau menentang dan tidak taat pada perintahku”
Setelah Rasulullah SAW wafat dan Abu Bakar dibai’at sebagai
khalifah beliau, Tsa’labah mendatanginya dengan membawa banyak sekali kambing
yang dimilikinya, dan berkata, “Wahai khalifah Rasulullah, terimalah zakatku
ini”
Abu Bakar menolaknya dan berkata, “Rasulullah tidak mau menerima
zakatmu, bagaimana mungkin aku akan menerimanya??”
Ketika Abu Bakar wafat dan digantikan oleh Umar bin Khaththab,
lagi-lagi Tsa’labah mendatanginya sambil membawa sebagian hartanya. Umar pun
juga menolak zakatnya.
Ketika Umar wafat dan digantikan Utsman, Utsman juga menolaknya
sebagaimana dua khalifah pendahulunya. Akhirnya Tsa’labah meninggal pada masa
khalifah Utsman ini dalam keadaan miskin dan terhina.
Oleh : S,A
Oleh : S,A
Sumber : Tafsir ibnu katsir
Tafsir At
Thabary juz 14 hal 371
Lubabun
Nuqul fi Asbabinnuzul
Tafsir ruhul
bayan juz 3 hal 356
0 Comments